Welin Kusuma Raih 23 Gelar Akademis dalam 14 Tahun

Memegang puluhan ijazah sarjananya
Menulis nama pemuda yang satu ini, agaknya Anda perlu contekan agar tak salah sebut gelar. Bagaimana tidak? Coba saja kita tengok namanya: Welin Kusuma, ST, SE, SSos, SH, SKom, SS, SAP, SStat, SAkt, MT, MSM, MKn, RFP-I, CPBD, CPPM, CFP, Aff.WM, BKP, QWP, ICPM, CPHR, AEPP, CBA! Tak tanggung-tanggung, 23 gelar dikecapnya dalam waktu 14 tahun. Pencapaian yang luar biasa ini rupanya sebuah tanda kasih Welin Kusuma kepada Papanya. Lebih tepatnya, ia ‘balaskan dendam’ sang papa yang tidak bisa bersekolah tinggi, karena kesulitan ekonomi.
Demi Papa
Bicara tentang Welin, tak bisa lepas dari kisah sang papa, Onny Kusuma (66), asal Kendari. Karena keterbatasan ekonomi orang tuanya, ia terpaksa puas dengan lulus SMA, padahal ia ingin sekali bersekolah tinggi. Ia segera dihadapkan pada dunia kerja untuk menghidupi ibu, dirinya dan banyak saudaranya.

Bersama Keluarga
Pemuda kelahiran 8 Maret 1981 itu pun tersadar dengan sendirinya melihat sang papa yang tak jemu belajar apa saja. Dari kecil, tatkala teman-temannya asyik bermain, ia sudah serius belajar metode mengetik 10 jari. Pun ketika komputer masuk ke Indonesia, ia kursus sampai bisa membuat program. Ia juga mempelajari hingga akhirnya menguasai 4 bahasa asing, Inggris, Jepang, Mandarin dan Prancis. Pendek kata, selalu belajar dan belajar, tanpa disuruh siapapun!
100 SKS Per Semester

Pendidikan SMA dilalui Welin di Kendari. Tamat pada 1999, ia kuliah Teknik Industri di Universitas Surabaya (Ubaya). Ia merasa masih memiliki banyak waktu luang, hingga mulai pada 2001 ia berburu ilmu yang beragam. Uniknya, bukan belajar di tempat kursus, melainkan kuliah formal. Merangkap fakultas di beberapa universitas dalam satu waktu.
Pertama kali, mencoba kuliah rangkap di program Diploma (D1) jurusan Informatika, yang ternyata selesai dalam 1 tahun. Kemudian tahun berikutnya, sekaligus menambah 4 jurusan di samping proses menyelesaikan S1-nya di Ubaya.
“Tentu saja sibuk, terutama antara 2002–2005, per semester saya punya tanggung jawab menyelesaikan 100 SKS (Satuan Kredit Semester- red). Pagi, kuliah di dua jurusan, sore-malam 1 jurusan dan 1 jurusan pada Sabtu dan Minggu, dan 1 lagi kuliah di Universitas Terbuka,” lanjutnya.
Hebatnya, ia tak mau menyusahkan orang tua. Biaya kuliah ditanggung orang tuanya di awal masa kuliah saja. Setelah itu ia mendapat beasiswa dari beberapa perguruan tinggi, dan untuk biaya hidup sehari-hari, ia bekerja paruh waktu. Namun, sesekali sang mama mengiriminya uang, karena khawatir putranya kehabisan uang. Bagaimana ia memotivasi diri untuk menuntaskan pendidikan tinggi dalam satu waktu?

Liburan bersama rekan kantor di Bali
“Yang paling merepotkan kalau jadwal ujian bentrok. Saya tak akan lupa, yaitu waktu ujian PPKN di Universitas Kristen Petra pada pukul 17.30-19.00, saya mesti ujian Hukum Agraria di Unair pada pukul 18.15 – 19.15. Terpaksa ngebut mengerjakannya. Masing-masing 30 menit saja, syukurlah, lulus dengan nilai memuaskan—A dan AB,” lanjut Welin, riang.
Tapi tak selamanya mulus perjalanan Welin menuntaskan kuliah-kuliah itu. Di Teknik Informatika, misalnya, ia sempat mendapat surat peringatan akan diberhentikan (drop out) karena melewati batas normal pendidikan, yakni mencapai 9,5 tahun. Tapi, katanya, pasti ada jalan dan ternyata rampung juga, dengan nilai bagus pula.
Dalam 14 tahun, Welin Kusuma berhasil meraih 9 gelar sarjana (S1), 3 gelar magister dan 11 gelar profesional dari Universitas Surabaya, Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Kristen Petra, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) hingga Universitas Indonesia Terbuka (UT). Pencapaian yang diakui banyak pihak, di antaranya dari Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) yang mencatat namanya sebagai Peraih Gelar Multi Disiplin Terbanyak dan juga Pengambil Sistem Kredit Semester (SKS) Terbanyak, 111 SKS (5 Jurusan S1) dalam Satu Semester. Pada 8 Oktober 2013 lalu, ia juga mendapat penghargaan dari PT HM Sampoerna Tbk berupa penghargaan Beyond the Call of Duty Award (ABCD Award) untuk Mini Cell Project di Plant Silo, Jember dan On the Spot Award.

Bersama Teman Kursus KELT
“Saya ingin memuaskan cita-cita papa untuk sekolah tinggi dan mengikuti semangat Florence Chadwick, perempuan pertama berenang sejauh 34 km dari pulau Catalina ke pantai California pada 4 Juli 1952. Dua kali ia coba taklukkan kolam es yang diselimuti kabut putih tebal tak tembus pandang. Setelah 16 jam berenang, tinggal 3/4 km lagi, ia menyerah. Bukan karena lelah atau kedinginan, melainkan tak dapat melihat daratan. Tetapi, akhirnya ia berhasil selang dua bulan berikutnya, karena fokus membayangkan daratan yang dituju. Saya terinspirasi darinya, jika kita punya vision, action dan passion maka kita akan sukses meraih cita-cita, sesulit apa pun medannya,” lanjut Welin.
Di samping itu, ia ingin menjadi konsultan yang terintegrasi, dari sebagai konsultan pajak, advokat, akuntan sampai bidang terkait bisnis lainnya. Jadi, dapat menangani masalah klien yang menyangkut berbagai bidang dan lebih rumit sifatnya.
“Tujuan dari semua itu adalah membahagiakan dan membuat papa, mama dan adik-adik bangga. Saya juga ingin menyemangati semua orang, bahwa jangan pernah menyerah dalam mengejar ilmu dan bekerja. Pasti selalu ada jalan,” tukas Welin. (1003)
Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini
0 komentar:
Posting Komentar